Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkap fakta menarik bahwa Indonesia saat ini masih harus mengimpor liquefied petroleum gas (LPG) hingga 6 juta ton per tahun. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi pemerintah, karena impor LPG tersebut tentu saja membebani keuangan negara. Oleh karena itu, Menteri Arifin sedang gencar mendorong pembangunan infrastruktur gas bumi di Tanah Air agar produksi gas yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Dengan pemanfaatan gas bumi yang lebih efisien, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor LPG. “Kita sekarang tuh impor LPG lebih dari 6 juta ton setiap tahunnya. Bayangkan saja, kalau harganya US$575 per ton, hitung-hitungannya cukup besar kan. Jadi, mari kita gunakan LPG dengan bijak. Jangan sampai boros hanya karena harganya terjangkau,” ujar Menteri Arifin dengan nada santai saat berbincang dengan media.
Belum lama ini, pemerintah fokus menyelesaikan pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem) sebagai langkah awal. Tahun 2025 nanti, pemerintah juga akan fokus menyelesaikan pipa Dumai-Sei Mangkei (Dusem). Menteri Arifin juga berbagi kabar baik tentang temuan sumber gas jumbo baru-baru ini. Ia berharap sumber gas tersebut segera dapat diproduksi untuk kepentingan negara.
“Ada beberapa temuan sumber gas besar di region 1 di ujung Sumatera, seperti South Andaman dan blok ENI yang sudah dilepas. Potensi ini sangat besar dan kita berharap dapat segera dimanfaatkan. Mubadala telah menemukan potensi gas sekitar 5 TCF dan mereka ingin segera memproduksinya. Kita harap produksi gas ini bisa berjalan cepat, mungkin bisa sudah pada tahun 2028,” jelas Menteri Arifin.