Pemerintah sedang gencar menarik investasi di sektor ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia. Hal ini dilakukan karena nikel sebagai bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik sangat melimpah di Indonesia. Sudah ada beberapa kerja sama antara perusahaan dalam negeri dan investor asing untuk pengembangan rantai pasok baterai EV. Misalnya, kerja sama antara perusahaan baterai China, CATL, dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) senilai US$5,8 miliar untuk membangun rantai pasok baterai terintegrasi.
Selain itu, kerja sama antara PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co dan Ford Motor Company untuk membangun smelter HPAL di Sulawesi Tenggara juga menjadi langkah strategis. Hingga Januari 2024, total komitmen investasi ekosistem kendaraan listrik yang masuk ke Indonesia telah mencapai US$42 miliar. Komitmen investasi ini berasal dari berbagai perusahaan ternama seperti LG Energy Solution, Foxconn, Ford, Volkswagen, dan BASF.
Dengan potensi sumber daya nikel yang melimpah dan dukungan investasi yang besar, Indonesia berpeluang besar untuk menjadi pemain utama dalam industri baterai kendaraan listrik di masa depan. Semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan pengembangan sektor ini berjalan lancar dan memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.