Alergi merupakan respon dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu zat tertentu. Salah satu jenis alergi yang sering ditemui pada anak-anak adalah alergi susu sapi. Menurut Dokter anak konsultan alergi dan imunologi, Prof. Budi Setiabudiawan, faktor keturunan dapat menjadi penyebab alergi. Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat alergi, seperti ayah, ibu, atau saudara kandung, maka anak tersebut berisiko mengalami alergi, meskipun jenisnya mungkin berbeda.
“Alergi susu sapi biasanya dialami oleh anak yang memiliki bakat alergi, yang disebut atopik, dan bakat ini diturunkan secara genetik oleh salah satu atau kedua orangtua,” ujar Prof. Budi dalam sebuah webinar dengan tema ‘Tangani Alergi Susu Sapi pada Anak dengan Cepat dan Tepat’ yang diselenggarakan oleh Nutricia pada Selasa (25/6/2024). Orangtua yang memiliki riwayat alergi sebenarnya dapat melakukan pencegahan sedini mungkin untuk mengurangi risiko anak mengalami alergi. Pencegahan ini bahkan dapat dimulai sejak masa kehamilan.
“Kita bisa melakukan pencegahan pada anak-anak yang berpotensi alergi di kemudian hari sejak masa kehamilan, selama masa menyusui, dan setelah anak mulai menerima makanan tambahan pada usia 6 bulan (MPASI),” jelas Prof. Budi. Rekomendasi sebelumnya menyatakan bahwa ibu hamil yang memiliki riwayat alergi harus membatasi asupan makanannya, namun rekomendasi ini sudah tidak berlaku lagi. “Saat ini, ibu hamil boleh mengonsumsi apa pun tanpa ada larangan, selama ibu tidak memiliki alergi terhadap makanan tersebut,” tambahnya.
Saat bayi lahir, disarankan untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan. Meskipun anak memiliki bakat alergi, ibu menyusui tidak perlu membatasi makanannya selama tidak ada alergi terhadap jenis makanan tersebut. Namun, jika bayi tidak bisa menerima ASI, Prof. Budi menyarankan untuk memberikan susu formula seperti hidrolisat parsial. Jika gejala alergi sudah muncul, bayi dapat diberikan susu khusus yang tidak mengandung protein susu sapi, seperti susu kedelai atau soya.