Menjaga kebersihan gigi dengan sikat gigi adalah hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, siapa sangka bahwa sikat gigi juga dapat berperan dalam masalah perubahan iklim? Salah satu tanda bahwa kiamat semakin dekat adalah perubahan iklim yang terjadi akibat aktivitas manusia sejak abad ke-19.
Dulu, sikat gigi terbuat dari bahan alami seperti bambu atau kulit kayu. Namun, seiring berjalannya waktu, bahan dasar sikat gigi mulai bervariasi dan menggunakan bahan yang tidak ramah lingkungan seperti plastik dan nilon. Hal ini membuat sikat gigi menjadi bagian dari krisis lingkungan.
Menurut American Dental Association (ADA), idealnya sikat gigi diganti setiap tiga sampai empat bulan sekali. Jika diasumsikan bahwa penduduk Indonesia yang mencapai 273 juta orang rutin mengganti sikat gigi, maka setidaknya ada lebih dari satu miliar sampah sikat gigi dalam satu tahun. Angka ini masih belum termasuk jumlah sampah sikat gigi dari seluruh dunia.
Berdasarkan laporan National Geographic, jumlah sampah sikat gigi di Amerika Serikat setara dengan empat lilitan bumi dalam setahun. Perusahaan Haeckels di Inggris juga melaporkan bahwa ada sekitar 264 juta sikat gigi yang dibuang karena sudah lewat batas pakai. Kalkulasi ini belum termasuk model sikat gigi listrik yang menggunakan baterai yang tidak ramah lingkungan.