Ternyata, di Sihanoukville terdapat banyak bangunan yang terbengkalai. Menurut pemerintah kota, ada sekitar 360 bangunan yang masih belum selesai dan sekitar 170 bangunan lainnya yang sudah selesai tetapi masih kosong. Kota ini dulunya merupakan pusat investasi dari China dan dikenal sebagai “Makau kedua” karena banyak kasino yang beroperasi di sana.
Namun, akibat pandemi COVID-19, jumlah turis asal China yang datang ke Kamboja mengalami penurunan drastis. Tahun lalu, hanya ada 550.000 turis China yang mengunjungi Kamboja, turun 77% dari tahun sebelumnya. Selain itu, hanya ada 15.754 penumpang pesawat yang tiba di bandara internasional Sihanoukville, turun 98% dari tahun sebelumnya.
Akibat dari penurunan turis dan investasi, aliran dana ke Sihanoukville melambat. Pemerintah memperkirakan bahwa diperlukan investasi tambahan sebesar US$ 1,1 miliar untuk menyelesaikan bangunan yang masih terbengkalai. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya stabilitas ekonomi dan keberlanjutan investasi dalam pembangunan suatu kota.
Dengan kondisi yang tidak pasti ini, masyarakat setempat harus bersiap menghadapi tantangan baru dalam upaya memulihkan ekonomi dan membangun kembali infrastruktur yang terbengkalai. Semoga dengan kerja sama antara pemerintah, investor, dan masyarakat, Sihanoukville dapat kembali menjadi destinasi wisata yang ramai dan makmur seperti sebelumnya.