Menurut Marina Kacaribu, Managing Director Cisco Indonesia, untuk dapat memanfaatkan potensi AI secara maksimal, perusahaan-perusahaan perlu memiliki infrastruktur digital yang modern dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan listrik dan persyaratan jaringan akibat penggunaan AI yang semakin meningkat. Kesiapan infrastruktur AI dinilai sebagai tantangan terbesar dalam mengadopsi teknologi AI, serta ada kesenjangan dalam komputasi, performa jaringan pusat data, dan keamanan siber.
Hanya 34% perusahaan yang memiliki GPU yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan AI saat ini dan di masa depan, sedangkan 49% memiliki kemampuan untuk melindungi data dalam model AI dengan enkripsi yang menyeluruh. Selain itu, hambatan lainnya adalah kurangnya talenta terampil, yang dianggap sebagai tantangan utama dalam infrastruktur, data, dan tata kelola. Hal ini menegaskan pentingnya memiliki tenaga profesional yang mampu mendorong inisiatif AI.
Anupam Trehan, VP People and Communities APJC Cisco, menekankan pentingnya investasi dalam pengembangan talenta terampil dalam berbagai aspek AI. Dengan kompetisi yang semakin ketat dalam mengadopsi AI, talenta akan menjadi faktor kunci bagi keberhasilan perusahaan. Semua pemangku kepentingan, baik dari sektor privat maupun publik, institusi pendidikan, dan pemerintah, perlu bekerja sama untuk mengembangkan talenta lokal guna memanfaatkan potensi besar yang ditawarkan oleh AI.