Selain mencuri data, peretas ini juga menyebarkan ransomware, menyisakan backdoor untuk serangan di masa depan, melakukan sabotase, dan kampanye pengaruh.
AI juga jadi senjata baru dalam kejahatan siber. Hacker menggunakan AI untuk menciptakan konten palsu—mulai dari gambar hingga teks—untuk menipu sistem dan orang-orang. AI memberikan keunggulan bagi mereka, karena bisa melakukan lebih banyak serangan dengan lebih sedikit usaha.
Burt memperingatkan bahwa AI bisa memberi lebih banyak kekuatan bagi peretas, yang jelas menciptakan risiko besar bagi perusahaan dan individu di dunia maya.
Laporan ini juga mencatat bahwa Microsoft memblokir sekitar 600 juta serangan setiap harinya. Kasus penipuan online meningkat hingga 40 persen sejak 2022, dan serangan ransomware bahkan hampir tiga kali lipat, meskipun hanya sedikit yang berhasil. Setiap harinya, Microsoft memindai 78 triliun sinyal dari cloud, perangkat, dan mitranya untuk melindungi kata sandi, jaringan, dan sistem.
Kini, dengan meningkatnya serangan yang memanfaatkan AI, tantangan yang dihadapi semakin besar. Meskipun berbagai upaya dilakukan untuk memblokir serangan, alat yang digunakan peretas berkembang lebih cepat dibandingkan upaya pertahanan yang ada.